Kawasan padat penduduk di Kemayoran, Jakarta Pusat, menjadi saksi tragedi kebakaran hebat yang meluluhlantakkan ratusan rumah pada Senin dini hari (21 Januari 2025). Api yang melahap permukiman dalam waktu singkat tidak hanya meninggalkan kerugian material yang besar, tetapi juga trauma mendalam bagi warga yang menjadi korban.
Table of Contents

Kronologi Kejadian
Menurut informasi yang dihimpun, kebakaran bermula sekitar pukul 01.30 WIB di sebuah rumah yang berlokasi di RT 07, RW 10, Kelurahan Kemayoran. Dugaan sementara, kebakaran dipicu oleh korsleting listrik dari salah satu peralatan rumah tangga. Dalam waktu kurang dari satu jam, api dengan cepat merembet ke rumah-rumah lain akibat kondisi permukiman yang sangat rapat dan bahan bangunan yang mudah terbakar.
Salah seorang saksi mata, Rini (34), yang tinggal di dekat lokasi kejadian, menceritakan detik-detik kepanikan saat api mulai menyebar. “Api besar sekali, orang-orang berteriak menyuruh kami keluar. Tidak ada waktu untuk menyelamatkan barang-barang. Kami hanya berpikir menyelamatkan diri dan keluarga,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Kerugian Material yang Fantastis
Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang menyebutkan bahwa sekitar 543 rumah hangus terbakar, menyebabkan lebih dari 1.700 warga kehilangan tempat tinggal. Selain itu, kerugian material diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Banyak warga yang kehilangan seluruh harta bendanya, termasuk surat-surat penting, perabotan rumah tangga, dan barang berharga lainnya.
“Semua habis. Tidak ada yang tersisa. Bahkan pakaian yang kami kenakan sekarang adalah hasil bantuan dari posko darurat,” ujar Amir (45), salah satu korban kebakaran.
Kebakaran ini juga memaksa beberapa usaha kecil yang berlokasi di area tersebut untuk tutup sementara waktu. Banyak pedagang kaki lima yang kehilangan lapaknya, sementara beberapa toko kelontong dilaporkan turut terbakar.
Upaya Pemadaman dan Evakuasi
Petugas pemadam kebakaran dari Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Pusat dikerahkan segera setelah laporan diterima. Sebanyak 28 unit mobil pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi. Proses pemadaman berlangsung selama hampir lima jam karena sulitnya akses menuju lokasi kebakaran dan kurangnya sumber air di sekitar area tersebut.
Kepala Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Pusat, Sutarman, menjelaskan bahwa tantangan utama adalah kondisi permukiman yang sempit dan padat. “Kami harus membuka jalur secara manual dengan bantuan warga. Meskipun sulit, kami berhasil mengendalikan api agar tidak merembet ke wilayah yang lebih luas,” ungkapnya.
Selain pemadaman, tim evakuasi juga bekerja keras untuk menyelamatkan warga yang terjebak di dalam rumah. Tidak ada laporan korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi setidaknya tujuh orang mengalami luka ringan akibat terpapar asap dan luka bakar.
Trauma Psikologis yang Mendalam
Kebakaran ini tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang mendalam bagi para korban. Anak-anak, terutama, menunjukkan tanda-tanda ketakutan yang mendalam. “Anak saya sekarang sulit tidur. Setiap mendengar suara keras, dia langsung menangis,” ujar Indah (29), salah satu ibu yang tinggal di pengungsian.
Psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Wijayanti, menjelaskan bahwa trauma akibat kebakaran bisa memengaruhi kondisi mental seseorang dalam jangka panjang jika tidak ditangani dengan baik. “Warga yang kehilangan rumah dan harta benda mungkin merasa putus asa, sementara anak-anak bisa mengalami gangguan kecemasan. Intervensi psikologis segera sangat diperlukan,” katanya.
Penanganan Pengungsi
Pemerintah setempat telah mendirikan posko darurat untuk menampung para korban kebakaran. Posko ini menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, pakaian, dan selimut. Namun, kebutuhan lainnya seperti obat-obatan, perlengkapan bayi, dan alat kebersihan pribadi masih sangat dibutuhkan.
Wali Kota Jakarta Pusat, Faizal Ahmad, menyatakan bahwa pihaknya akan berupaya sebaik mungkin untuk membantu para korban. “Kami sudah menginstruksikan agar bantuan terus mengalir. Selain itu, kami juga akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan layanan kesehatan dan konseling bagi para korban,” ujarnya.
Langkah Pencegahan di Masa Depan
Kebakaran ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya upaya pencegahan di kawasan padat penduduk. Pemerintah daerah berencana untuk melakukan inspeksi menyeluruh terhadap instalasi listrik di permukiman padat penduduk dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keamanan listrik.
“Kami juga akan meningkatkan fasilitas pemadam kebakaran, termasuk menambah hydrant di daerah rawan kebakaran seperti Kemayoran,” tambah Faizal Ahmad.
Solidaritas untuk Korban
Tragedi ini juga menggerakkan hati banyak pihak untuk memberikan bantuan. Sejumlah organisasi masyarakat, komunitas, dan individu menggalang dana serta mengirimkan bantuan berupa pakaian, makanan, dan kebutuhan lainnya. Media sosial pun dipenuhi unggahan yang mengajak masyarakat untuk peduli dan membantu korban kebakaran.
Salah satu inisiatif yang menarik perhatian adalah program “Peduli Kemayoran” yang berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp500 juta dalam waktu kurang dari 24 jam. Dana ini akan digunakan untuk membantu kebutuhan mendesak para korban, termasuk perbaikan rumah sementara.
Harapan di Tengah Kehancuran
Meski dilanda kesedihan, warga Kemayoran menunjukkan semangat untuk bangkit. Mereka bergotong royong membersihkan sisa-sisa kebakaran dan membangun kembali apa yang telah hilang. Bagi mereka, tragedi ini adalah cobaan yang harus dihadapi bersama.
“Kami kehilangan banyak hal, tetapi tidak kehilangan harapan. Kami yakin bisa memulai dari awal,” kata Arman (50), salah satu tokoh masyarakat setempat.
Kebakaran di Kemayoran bukan hanya sebuah peristiwa yang menghanguskan bangunan fisik, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran bersama dalam menjaga keamanan lingkungan. Semoga tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, dan para korban segera mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk kembali menjalani hidup dengan layak.